narasi1.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menjadi harapan baru masyarakat Jakarta, untuk menyelesaikan polusi udara di Ibukota Republik Indonesia itu.
Ini disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya usai rapat terbatas dengan Jokowi. Menurutnya rapat itu membahas tentang teknik modifikasi cuaca.
“Tadi dibahas juga tentang teknik modifikasi cuaca. Tetapi perlu dipahami bahwa teknik modifikasi cuaca membutuhkan awan, ada syarat-syaratnya menurut ketentuan klimatologi,” kata Siti dalam konferensi pers, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, dikutip Selasa (29/8/2023).
“Ini perlu katakanlah, diperkuat dengan sesuai kondisi yang ada. Secara keseluruhan koordinasi operasional ini dipimpin Menko Marves (Luhut),” tambahnya.
Siti mengatakan, Jokowi juga meminta adanya penanaman pohon-pohon besar oleh pemerintah, masyarakat, hingga pelaku usaha.
Selain itu upaya penanganan polusi udara juga bakal dilakukan lewat gedung-gedung tinggi dengan teknik modifikasi cuaca mikro.
Menurut Siti uap air akan dihembuskan dari gedung-gedung tinggi untuk mencuci polusi udara. Siti menyebut polusi udara umumnya berputar-putar di satu titik, polusi tersebut bakal membaik jika berhasil dicuci.
“Pekerjaannya oleh Pemda DKI, BRIN dan BMKG. KLHK juga mengikuti perkembangannya. Itu ada yang namanya teknik modifikasi cuaca mikro.
Jadi dari gedung-gedung tinggi itu dihembuskan uap air. Sehingga dia juga akan mempengaruhi partikel itu,” kata Siti dalam konferensi pers, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (28/8/2023).
Teknik ini sudah dilakukan di Gedung Pertamina, Kawasan Gelora Bung Karno, dan gedung-gedung pemerintahan lain. Siti menyebut teknik ini cukup efektif mencuci polusi udara Jakarta.
“Kemarin dilakukan uji coba pada 27 Agustus, yaitu di Gedung Pertamina jalan Merdeka Timur, yang dekat dengan Masjid Istiqlal. Kemudian uji coba di kawasan GBK,” lanjutnya.
“Dia ada alat mist generator, buatan BRIN. Butuh air 500 liter pakai pakai power 2.000 watt. Diuji dengan PM 2,5 memang turunnya signifikan. Dari angka 112 kira-kira itu turun menjadi angka 52 lah. Jadi turunnya banyak,” tambahnya.
Adapun Siti membongkar sumber polusi udara atau penurunan kualitas udara di DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, pencemaran udara berasal dari 34% Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), 44% kendaraan, lalu dari rumah tangga dan sumber lainnya. (*)