narasi1.com – Terlepas dari problem personal SBY dan Mega, Agung mengatakan baik Demokrat dan PDIP sebetulnya sama-sama memiliki kebutuhan satu sama lain.
Di satu sisi, PDIP nantinya bisa memiliki tambahan kekuatan pendongkrak Ganjar guna imbangi elektabilitas Prabowo yang belakangan ini dominan.
Baginya, kehadiran Demokrat di koalisi PDIP bisa beri masukan positif agar raihan elektoral Ganjar Pranowo sebagai kandidat Capres bisa optimal.
“Bila berkoalisi hanya dengan parpol seperti PPP mesin politiknya akan terbatas. Demokrat juga punya ceruk pemilih di Jatim dalam konteks Mataraman, banyak membantu PDIP yang secara maksimal memahami Jatim dan Jateng secara utuh. Ini bisa dilapisi lagi,” kata dia.
Sementara di sisi Demokrat, Agung mengatakan partai berlogo Bintang Mercy ini butuh ‘rumah koalisi’ baru setelah keluar Koalisi Perubahan pengusung Anies. Sehingga, opsinya antara bergabung dengan antara PDIP atau Koalisi Indonesia Maju pengusung Prabowo.
“Ketika secara historis bisa diselesaikan secara adat dan politik dengan win win solution, misalnya opsi AHY harus cawapres hilang, sekarang terkait portofolio di kabinet saja. Itu bantu koalisi ini terbentuk dan Demokrat bisa masuk,” kata dia.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago mengatakan kurang baiknya hubungan Megawati dan SBY membuat PDIP dan Demokrat sulit berkomunikasi.
Meski hubungan AHY dan Puan berlangsung baik, namun ia berpandangan hubungan baik atau tidaknya kedua partai ini tetap berada di tangan SBY dan Megawati.
“Meskipun di sisi lainnya antara Puan dan AHY sudah punya komunikasi yang bagus. Tapi faktor Bu Mega sendiri yang menyulitkan PDIP dan Demokrat bisa bertemu untuk bangun koalisi,” kata Arifki.
Sebaliknya, Arifki berpandangan bila Megawati dan SBY berbaikan, maka tak menutup peluang koalisi PDIP dan Demokrat terwujud. Jika Demokrat bergabung PDIP, Arifki meyakini koalisi pengusung Ganjar akan menjadi ‘game changer’ di Pilpres 2024.
“Jika bersatu, ini juga akan ubah peta permainan. Dan ini kita liat meruntuhkan tembok berlin antara PDIP dan Demokrat, maka kepentingan ini terlihat apakah sudah reda persoalan antara pak SBY dan Bu Mega? Apa ada agenda politis lain untuk melihat masa depan di 2024,” kata dia. (*)