Ekonomi ASEAN Kurang Baik, IMF Temui Jokowi

  • Bagikan
Jokowi bersama Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva. (Foto Istimewa)

narasi1.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan pertemuan dengan Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva di Istana Negara, Jakarta, Senin (4/9/2023).

Saat menemui Jokowi, Kristalina mengatakan bahwa kondisi perekonomian di kawasan ASEAN sedang menghadapi tantangan. “Semuanya di ASEAN saat ini tengah menghadapi keadaan dunia perekonomian yang kinerjanya kurang baik,” kata Kristalina.

Dia melanjutkan, situasi perekonomian global saat ini cenderung bergerak secara dinamis dan sulit diprediksi akibat efek lanjutan dari Pandemi Covid-19 yang melanda dunia selama dua tahun belakangan. Sehingga dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi antar negara untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian tersebut.

“Karena kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan saat menghadapi pandemi. Semua sangat dinamis dan ini sangat memungkinkan untuk saling bergerak bersama untuk saling menguntungkan,” ujar Kristalina.

Pertemuan tertutup itu turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Sebelumnya, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata negara ASEAN berada di level 4,2% pada tahun ini. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan ramalan OECD pada Maret lalu yang meramal pertumbuhan ekonomi ASEAN bisa sebesar 4,6% pada tahun ini.

Director of Development Centre OECD Ragnheidur Elin Arnadottir menjelaskan, mayoritas negara berkembang di Asia akan menghadapi tantangan dalam mengatasi perlambatan ekonomi karena permintaan eksternal yang melemah. Ekspor akan terkontraksi karena perlambatan ekonomi di negara maju yang masih berlangsung.

“Pertumbuhan PDB ASEAN akan menghadapi hambatan pada tahun ini. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melemah, mencapai 4,2% tahun ini,” kata Elin saat memberikan sambutan peluncuran OECD’s Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2023 Update di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (3/9).

Revisi prospek pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter berupa peningkatan suku bunga di negara-negara maju di Amerika Serikat dan Uni Eropa karena pengaruh inflasi. Kemerosotan nilai mata uang berdampak pada kenaikan biaya pendidikan, layanan kesehatan, dan komoditas rumah tangga di kawasan tersebut.

Selain itu, pelemahan ekonomi ASEAN terjadi karena masih berlanjutnya ketegangan geopolitik imbas konflik bersenjata Rusia-Ukraina, serta bencana alam akibat perubahan iklim yang makin nyata. “Masing-masing faktor ini akan memainkan peranan penting dalam membentuk lanskap perekonomian kawasan ASEAN,” ujar Elin. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *